Buku adalah jendela dunia, begitu kata pepatah. Namun, apakah yang terjadi ketika jendela itu tertutup dan lembaran-lembaran buku mulai terlupakan? Saat buku tak lagi dibaca, ada banyak hal yang hilang, baik dari sisi pribadi maupun sosial. Buku bukan hanya sekadar kumpulan kata-kata di atas kertas, tetapi juga sebuah portal yang menghubungkan kita dengan dunia luar, dengan pemikiran, ide, dan perspektif yang beragam. Ketika kita berhenti membaca, kita kehilangan kesempatan untuk memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman tentang kehidupan.
Di tingkat pribadi, salah satu yang hilang adalah kesempatan untuk terus berkembang. Setiap buku, entah itu fiksi atau nonfiksi, mengandung pengetahuan dan ide-ide baru yang bisa memperkaya cara berpikir kita. Membaca membantu kita melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda, memberi kita pemahaman yang lebih luas tentang manusia, budaya, dan peristiwa-peristiwa yang membentuk dunia kita. Ketika lembaran buku tak lagi dibaca, kita mungkin kehilangan kesempatan untuk tumbuh menjadi individu yang lebih bijaksana dan terbuka terhadap perubahan. Buku memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana menghadapi tantangan, memperbaiki diri, dan menginspirasi kita untuk menjadi lebih baik.
Di sisi sosial, buku juga memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga keberagaman budaya dan pemikiran. Ketika buku-buku tidak lagi dibaca, kita kehilangan sumber daya untuk melestarikan pengetahuan kolektif. Buku adalah tempat kita menyimpan sejarah, ideologi, cerita rakyat, dan warisan intelektual yang sangat penting. Jika tidak ada yang membaca dan mewariskan pengetahuan tersebut, generasi mendatang mungkin akan kehilangan nilai-nilai yang membentuk masyarakat kita. Melalui buku, kita belajar dari masa lalu, beradaptasi dengan masa kini, dan merancang masa depan. Tanpa itu, kita akan terjebak dalam ketidaktahuan dan kekurangan perspektif.
Yang tak kalah penting, ketika buku tak lagi dibaca, kita juga kehilangan sebuah ritual yang sangat menyentuh dan memberi kedamaian. Membaca buku mimpi adalah pengalaman yang memerlukan ketenangan dan waktu untuk merenung. Di dunia yang serba cepat ini, kita cenderung melupakan pentingnya memberi ruang untuk diri kita sendiri melalui kegiatan yang menenangkan, seperti membaca. Buku mengajak kita untuk menyelami dunia lain tanpa gangguan, memberi kita kesempatan untuk berhenti sejenak dari kebisingan dunia luar. Ketika lembaran buku tak lagi dibaca, kita kehilangan momen berharga untuk merenung, berpikir, dan terhubung dengan diri kita sendiri dalam cara yang sangat intim.
Kesimpulannya, meskipun dunia kini semakin dipenuhi dengan teknologi dan informasi digital, kehilangan kebiasaan membaca buku berarti kehilangan banyak hal yang tak ternilai. Buku memberi kita lebih dari sekadar informasi; mereka memberi kita peluang untuk tumbuh, belajar, dan menjaga warisan intelektual kita. Jadi, ketika kita mulai melupakan buku, kita harus bertanya pada diri kita sendiri: apa yang sebenarnya hilang dari hidup kita, dan bagaimana kita bisa kembali menghidupkan kembali kebiasaan membaca untuk menjaga kekayaan tersebut?